Oleh: Yusuf Blegur
Jakarta โ Suhu politik Indonesia mendidih. Dalam waktu yang hampir bersamaan, dua peristiwa besar mengguncang panggung kekuasaan: Presiden Jokowi melempar โbom atomโ politik kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (23/02)
Ledakan pertama menghantam Prabowo dengan ancaman lengser dari kursi presiden yang baru akan ia duduki. Ledakan kedua menghancurkan PDIP setelah Sekjen partai, Hasto Kristiyanto, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pidato Jokowi: Serangan Halus, Pukulan Telak
Perayaan ulang tahun Partai Gerindra yang seharusnya menjadi momen perayaan, justru memicu perang dingin politik tingkat tinggi. Presiden Jokowi melontarkan pidato penuh sindiran yang berbunyi,
โTak ada presiden yang paling kuat di dunia selain Pak Prabowo.โ Pernyataan ini disusul dengan kalimat, โBuktinya, sampai hari ini tak ada yang berani mengkritik Pak Prabowo.โ
Pernyataan ini sontak memancing respons dari Prabowo. Dengan nada defensif, Prabowo menegaskan bahwa kemenangan Pilpres 2024 tak lepas dari dukungan Jokowi, seraya meneriakkan yel-yel
โHidup Jokowi!โ yang kemudian menuai kontroversi dan spekulasi politik.
Hasto Ditangkap KPK: Manuver Politik di Balik Penahanan?
Tak berselang lama dari ketegangan politik tersebut, publik dikejutkan dengan penahanan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, oleh KPK. Kejadian ini memicu spekulasi bahwa Jokowi memainkan strategi adu domba antara Prabowo dan Megawati. Dengan PDIP yang semakin geram, hubungan antara Prabowo dan Megawati pun berpotensi retak, memperlemah kekuatan politik yang dapat menghambat kepentingan Jokowi dan lingkaran kekuasaannya.
Demonstrasi Mahasiswa dan Isu Kudeta
Situasi makin memanas dengan gelombang protes mahasiswa dan masyarakat sipil yang menyerukan kritik tajam terhadap Prabowo. Demonstrasi besar-besaran menyerbu berbagai kota, menyoroti berbagai kontroversi politik yang menyelimuti presiden terpilih. Isu kudeta politik mulai berembus kencang, mengancam stabilitas kepemimpinan Prabowo bahkan sebelum ia resmi menjabat.
Strategi โSekali Tepuk Dua Nyamuk Jatuhโ
Jokowi tampaknya sedang memainkan strategi politik tingkat tinggi. Dengan manuver ini, ia berhasil memposisikan Prabowo dalam tekanan serta melemahkan PDIP dari dalam. Banyak pengamat menilai bahwa ini adalah bagian dari skenario besar Jokowi untuk membuka jalan bagi Gibran Rakabuming Raka sebagai calon penerus kekuasaan di masa mendatang.
Pertanyaannya, akankah Prabowo dan Megawati menyadari jebakan politik ini? Mampukah mereka bersatu melawan strategi Jokowi? Ataukah justru strategi adu domba ini akan berbalik menyerang Jokowi sendiri?
Mari kita tanya pada Garuda yang patah sayapnya dan Banteng yang terluka. (YB)
(geloranews) Penulis adalah mantan Presidium GMNI
About The Author
Eksplorasi konten lain dari ๐๐๐๐๐๐๐๐๐.๐๐๐
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.