BENGKALIS – Sebuah video penertiban oleh oknum Satpol PP Bengkalis mendadak viral dan memicu gelombang kritik publik. Dalam video tersebut, tampak seorang pedagang perempuan terlibat adu mulut dengan petugas yang bersikap kasar. Kalimat carut-marut pun bersahutan. Publik menilai, tindakan itu tidak hanya tidak manusiawi, tetapi juga mencerminkan arogansi kekuasaan yang jauh dari semangat pelayanan rakyat. (29/06)
Penertiban ini dilakukan di sekitar kawasan yang akan digunakan untuk pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qurβan (MTQ) tingkat Provinsi Riau. Pemerintah daerah berdalih langkah itu dilakukan untuk menjaga ketertiban dan estetika kota menjelang acara besar. Namun publik justru mempertanyakan: mengapa βpenataanβ baru dilakukan saat menjelang acara seremonial? Dan mengapa harus dengan pendekatan represif?
βKami sudah jualan dari lama di sini, kenapa baru sekarang dikejar-kejar? Kalau mau tertib, kenapa bukan dari dulu?β keluh salah satu pedagang yang terdampak.
Sorotan tajam juga datang dari warganet. Salah satu unggahan viral datang dari akun @rara:
βPaham kok kalau Pak Bupati sudah mengimbau sejak sebulan lalu. Tapi kenapa penertibannya baru sekarang? Kalau pengelolaan dilakukan sejak awal, saya yakin kondisi nggak akan sekacau ini. Ini bukan sekadar soal kota yang bersih, tapi tentang nasib orang-orang kecil yang digusur demi tampilan sementara.β
Warganet menyebut tindakan ini sebagai bentuk βkebersihan musimanβ β bukan kebijakan berkelanjutan. Mereka juga menyoroti sikap kasar petugas yang menggunakan makian dan intimidasi, tanpa dialog atau pendekatan persuasif terhadap pedagang yang menggantungkan hidup dari sektor informal.
Sejumlah pedagang mengaku tidak pernah dilibatkan dalam dialog atau diberikan opsi relokasi yang manusiawi. Mereka hanya diusir tanpa kejelasan lokasi pengganti. Tidak ada solusi, tidak ada kompensasi.
βIni bukan sekadar soal tenda atau gerobak. Ini soal dapur kami, soal makan anak-anak kami. Tapi kami diusir seperti bukan warga sendiri,β ujar seorang ibu pedagang sambil menangis.
Aksi arogan yang dipertontonkan oleh oknum Satpol PP kini menjadi simbol kegagalan pendekatan humanis dalam tata kelola kota. Cara-cara kasar yang ditampilkan justru mencederai makna dari keberadaan aparat sebagai pelindung dan pelayan masyarakat.
Di tengah gejolak ini, Bupati Bengkalis, Kasmarni, belum memberikan pernyataan resmi. Namun di mata warga, slogan BERMASA Dipertanyakan, diamnya pemimpin justru mempertebal kesan ketidakpedulian terhadap rakyat kecil. Banyak yang mulai mempertanyakan makna slogan kebanggaan pemerintah daerah: βBengkalis BERMASA β Bermarwah, Maju, dan Sejahtera.β atau Bengkalis Ber Masalah?
Jika kesejahteraan masyarakat benar-benar menjadi prioritas, mengapa pedagang kecil justru diusir dengan makian dan ancaman?
Warga kini menuntut transparansi, keadilan, dan pembenahan jangka panjang bukan sekadar bersih-bersih instan untuk menyambut tamu. Kota yang maju bukan hanya soal trotoar bersih dan spanduk meriah, tetapi tentang bagaimana pemerintah memperlakukan rakyatnya dengan adil, manusiawi, dan berkeadaban.
Eksplorasi konten lain dari ππππ π-π©π¨π¬π
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.