x
.

Fenomena Aktivisme Palsu di Riau: Dari Lobi Transaksional hingga Serangan Personal

waktu baca 3 menit
Senin, 22 Sep 2025 07:07 Editor

Riau โ€“ Fenomena aktivis palsu kembali mencuat setelah nama seorang pemuda berinisial ERG terseret dalam dugaan praktik yang mencederai dunia gerakan sosial. Seorang sumber yang enggan disebut namanya mengungkapkan bahwa oknum aktivis tersebut kembali berulah. Menurut sumber tersebut, tindakan ERG dinilai sudah jauh dari nilai-nilai perjuangan dan lebih menyerupai provokasi yang meresahkan. (22/09)

Informasi yang beredar menyebutkan, ERG diduga melakukan penghasutan dengan menyebarkan isu yang belum dapat dibuktikan kebenarannya. Cara ini dinilai publik bukan hanya merusak nama baik pihak yang diserang, tetapi juga mencoreng marwah aktivisme di Riau.

Sumber itu menegaskan, gerakan yang dilakukan ERG tidak lagi mencerminkan perjuangan tulus, melainkan sarat dengan kepentingan pribadi.

โ€œKalau gerakan sudah dipakai untuk kepentingan tertentu, itu bukan lagi suara rakyat, tapi sekadar provokasi,โ€ ujarnya.

Beberapa waktu lalu, ERG bersama kelompoknya pernah menggelar aksi demonstrasi di depan kantor kejaksaan. Namun sebelum aksi berlangsung, informasi yang beredar menyebutkan ERG sempat melakukan lobi kepada pihak target aksi. Dalam lobi tersebut, ia diduga menawarkan โ€œjalan amanโ€ dengan imbalan sejumlah uang. Karena tawaran itu tidak ditanggapi, demonstrasi tetap dilaksanakan.

Kabar dugaan lobi transaksional tersebut kemudian terendus media dan sempat menjadi sorotan publik. Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar mengenai motif sebenarnya dari aksi yang dijalankan ERG. Alih-alih memperjuangkan kepentingan rakyat, praktik transaksional itu dinilai hanya kedok kepentingan pribadi, sebuah aksi pemerasan yang berkedok perjuangan.

Setelah kedoknya terbongkar, ERG disebut tidak berhenti. Belakangan ia kembali melakukan manuver yang lebih rendah dengan menyuruh seorang rekan yang berprofesi jurnalis untuk menyebarkan pesan berantai melalui WhatsApp. Pesan tersebut berisi aib dan keburukan seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun sudah terlanjur beredar luas dan menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.

Tindakan ini dinilai publik bukan hanya keluar dari koridor hukum dan moral, tetapi juga semakin mencoreng nilai aktivisme itu sendiri. Serangan personal dengan cara menyebarkan aib melalui media sosial maupun pesan instan justru memperkuat kesan bahwa ERG lebih berperan sebagai provokator ketimbang aktivis.

โ€œKasus ini harus menjadi pembelajaran bagi generasi muda. Jangan biarkan aktivisme ternodai oleh orang-orang yang menjadikan aksi sebagai alat transaksi atau dendam pribadi,โ€ ujar Roni Baron, seorang pemerhati sosial di Pekanbaru.

Perbuatan ERG kini menjadi cermin buram bagi dunia aktivisme di Riau. Jika gerakan sosial hanya dijadikan alat tawar-menawar dan serangan personal, maka yang tersisa hanyalah provokasi tanpa nilai. Publik berharap generasi muda mampu memilah, mana aktivis sejati yang berjuang dengan integritas, dan mana sosok yang sekadar menjual nama perjuangan untuk kepentingan diri sendiri.

Hingga berita ini diturunkan, redaksi belum memperoleh konfirmasi dari pihak ERG terkait tudingan tersebut. Berita akan diperbarui seiring perkembangan informasi terbaru.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA
    x
    x