Asril, Pengamat Politik
Mataxpost| Siak – Mustahil ! Itulah yang mungkin dipikirkan oleh semua orang, saat perempuan muda itu mulai mensosialisasikan diri untuk menjadi penantang Alfedri sebagai Calon Bupati Siak. Semua meragukannya, atau bahkan banyak yang menertawakan.(30/11/2024)
Bagaimana tidak. Dari sudut pandang manapun, sebagai petahana Alfedri tidak mungkin bisa tumbang di Pilkada Siak. 17,5 tahun lebih berkuasa mulai dari Wakil Bupati. Belum termasuk karir sebagai Camat dan berbagai jabatan. Sementara Afni hanya perempuan muda, anak kampung biasa, yang bahkan kalau kampanye hanya pakai sandal jepit saja.
Tapi itulah ajaibnya Afni. Di tengah banyak tekanan, cacian yang tak wajar di media sosial, bahkan hinaan soal gendernya yang seorang perempuan, Afni tetap tenang, tetap menjaga kesantunan, dan bekerja keras bersama relawannya yang semakin hari semakin banyak jatuh hati pada kesederhanaan figur calon Bupati perempuan pertama di Siak ini.
Afni melawan sistem yang terstruktur dan massif bekerja untuk mengawal kemenangan Alfedri. Keterlibatan ASN terpampang nyata bahkan bisa dilihat dengan mata terbuka, tapi rakyat dibikin tak bisa berbuat apa-apa.
Semua dipaksa harus tunduk dan patuh pada sistem yang sengaja dibuat atas dasar “Alfedri masih menjabat resmi”. Secara aturan memang tidak masalah, namun secara moral dan norma jelas dilanggar, dan rakyat cuma dipaksa menonton semuanya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Contohnya saja saat materi kampanye Afni dalam bentuk baliho di Km 11 diturunkan pihak Kecamatan tanpa ada pemberitahuan. Padahal tugas menurunkan materi baliho politik bukan kewenangan mereka. Sementara baliho Alfedri-Husni mendadak menyebar beserak di seluruh Siak, sesaat setelah mereka aktif kembali menjabat dan dilakukan justru di masa tenang. Ini bukti keterlibatan ASN dan sistem secara terang benderang.
Laporan intimidasi terjadi dimana-mana. Meski sulit dilakukan pembuktiannya, tapi hampir tidak ada celah untuk seorang Afni bisa berbuat banyak mencari suara. Tapi srikandi kelahiran Siak Sri Indrapura ini tidak menyerah. Meski dihina dengan kata-kata kasar di media sosial, disepelekan oleh banyak pihak, dia tetap bekerja luar biasa di lapangan. Kedekatannya dengan rakyat dan isu sensitif di tengah rakyat kecil berhasil direngkuhnya dengan cantik.
Tak bisa dipungkiri, tim relawan Afni sangat militan. Mereka bergerak dari hati, keikhlasan dan bukan karena menitipkan kepentingan pribadi, melainkan demi terjadinya perubahan di Siak.
Kemenangan Afni dengan selisih tipis tak sampai 250 suara, adalah bukti adanya keajaiban melawan kemustahilan. Kemenangan ini bukan didapat dari keberuntungan. Tapi dari kerja keras tanpa lelah Afni bersama koalisi, relawan dan simpatisannya yang berhasil mencuri hati rakyat. Bukan dengan bagi-bagi beras, bukan dari intimidasi, bukan dari pasang baliho di masa tenang.
Siak diambang sejarah punya Bupati perempuan. Kita tunggu saja, apakah Alfedri akan mengajak Afni bertemu di Mahkamah Konstitusi? Gugatan ke MK apakah tidak terbalik? Mengingat posisi Afni sebagai penantang bukan incumbent. Bila itupun harus terjadi, rasanya Alfedri dan sistem pendukungnya hanya akan semakin mempertontonkan arogansinya untuk melawan kehendak rakyat kelas bawah yang hari ini sudah mendesak ingin Siak ganti Bupati. ***