Jakarta, 24 Januari 2025 β Ilustrasi satir bertajuk βWarisan Utang Rezim Diktatorβ kembali memanaskan perdebatan publik. Gambar yang menggambarkan seekor babi besar dengan sejumlah babi kecil di punggungnya itu dianggap simbol beban ekonomi akibat utang besar dan dugaan mega korupsi yang melibatkan ratusan miliar hingga ratusan triliunan rupiah di era rezim otoriter.
Isu ini menyentuh dua sisi persoalan: kebijakan pembangunan yang dianggap penuh utang dan minim manfaat bagi rakyat, serta adanya dugaan korupsi besar-besaran yang memperparah kondisi ekonomi negara.
Aktivis antikorupsi, Haris Azhar, menilai bahwa warisan utang bukan hanya tentang salah kelola ekonomi, tetapi juga hasil dari kebijakan korup yang dirancang untuk memperkaya segelintir pihak. βBeban utang yang diwariskan bukan hanya akibat pembangunan yang tidak efisien, tetapi juga praktik korupsi masif yang tidak pernah diusut tuntas,β tegas Haris.
Ekonom Senior Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyebut bahwa kombinasi antara utang besar dan korupsi adalah βracunβ bagi ekonomi negara. βJika dana utang diselewengkan, negara bukan hanya kehilangan kesempatan untuk tumbuh, tetapi juga harus menanggung cicilan utang yang tidak menghasilkan apa-apa,β jelas Faisal.
Ia menambahkan bahwa praktik semacam ini adalah akar dari krisis ekonomi berkepanjangan yang dialami Indonesia pascarezim otoriter. βUtang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan sektor produktif, tetapi dalam banyak kasus, malah dimanfaatkan untuk memperkaya kelompok tertentu,β tambahnya.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan bahwa pemerintah saat ini sedang memperbaiki tata kelola utang negara dan berkomitmen untuk menutup celah yang memungkinkan korupsi. βKami tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi kami memastikan bahwa setiap utang yang diambil saat ini memiliki transparansi penuh dan berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat,β ujar Sri Mulyani.
Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah meningkatkan kerja sama dengan lembaga antikorupsi untuk menindaklanjuti dugaan korupsi masa lalu yang bernilai fantastis. βTidak boleh ada satu rupiah pun yang disalahgunakan,β tegasnya.
Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Sri Margana, menilai bahwa ilustrasi satir seperti βWarisan Utang Rezim Diktatorβ menjadi simbol perlawanan terhadap warisan korupsi dan utang yang masih membebani negara. βKritik ini mengingatkan bahwa sejarah buruk seperti itu harus diungkapkan secara transparan agar menjadi pelajaran,β katanya
Reaksi masyarakat terhadap dugaan mega korupsi ini sangat keras. Banyak yang mendesak pemerintah dan penegak hukum untuk mengusut tuntas dugaan korupsi .
Begitu juga isu korupsi yang telah mengguncang kota pekanbaru, beban hutang serta dugaan mega korupsi yang ditinggalkan oleh periode yang lalu telah luluh lantakkan tata kelola di pemerintahan kota ini.
βRakyat bukan hanya menanggung utang, tetapi juga harus menerima kenyataan bahwa uang tersebut diselewengkan oleh para elit,β ujar Budi seorang aktivis sosial.
Satir βWarisan Utang Rezim Diktatorβ bukan hanya menjadi kritik terhadap masa lalu, tetapi juga sebuah pengingat untuk memastikan bahwa praktik serupa tidak terulang di masa depan.
About The Author
Eksplorasi konten lain dari πππππππππ.πππ
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.