Riau – Pekanbaru kembali diterjang banjir hebat setelah hujan deras mengguyur selama tiga hari berturut-turut. Sungai Siak meluap, merendam pemukiman warga di Rumbai, Tanjung Datuk, hingga Sumber Sari daerah berdekatan bibir sungai pada umumnya, mengakibatkan akses utama dari pusat kota ke Rumbai melalui Jembatan Siak IV harus ditutup karena genangan air yang cukup tinggi. Warga yang terdampak mengeluhkan lambannya penanganan dan menumpahkan kekecewaan mereka di media sosial.(06/05)
Jembatan Mewah Tak Berdaya di Tengah Banjir
Pemerintah Kota Pekanbaru memasang spanduk peringatan di ujung Jembatan Siak IV, meminta pengendara mencari jalur alternatif karena banjir menggenangi kawasan tersebut. Namun, alih-alih mendapat solusi nyata, warga justru ungkap kekecewaan.
Seorang netizen di Facebook info Pku, Alfri, menyindir pemerintah yang hanya memasang spanduk tanpa tindakan konkret.
“Bukannya cari solusi, malah pasang spanduk. Turun langsung kek, bongkar kek, sedot airnya kek. Ambil pakai gelas, kasih tuh ke anggota DPR buat mereka minum,” tulisnya dengan nada kesal.
Tak hanya Alfri, komentar bernada sinis juga datang dari Aldi Novaldi Noval. Menurutnya, genangan ini terjadi karena kualitas pembangunan jalan yang buruk.
“Akibat saat pembangunan jalannya asal jadi, tidak sesuai dengan kajian yang ada. Biasalah di Konoha… pejabatnya pada suka makan,” sindirnya dengan emotikon tertawa.
Kritik serupa juga dilontarkan oleh Edy Simorangkir yang menyindir betapa ironisnya kondisi Pekanbaru.
“Kalau hujan kebanjiran, kalau panas kebakaran,” tulisnya singkat.
Sementara itu, Kraeng Mustar Arsyad menyoroti buruknya infrastruktur kota yang dianggap asal-asalan.
“Solusinya harus ditimbun atau dicor ulang, ditinggikan 60 cm baru amanโฆ Tidak perlu nunggu air surut. Apakah Pemda mau untuk berbuat itu? Karena akhir-akhir ini saya lihat Kota Provinsi tidak ada becusnya. Infrastruktur asal-asalan, kebanyakan tikus berdasi,” cetusnya.
Netizen lain, Ago Zago, membandingkan kondisi Pekanbaru saat pertama kali ia datang pada 2012 dengan kondisi saat ini.
“Dulu saya kagum, jalanan bagus, parit kecil tapi bersih. Sekarang jalan berlubang, parit ada yang dicor serta penuh pasir. Dulu banjir paling setahun sekali dan sebentar, sekarang tiap hujan deras dan lama sedikit, auto banjir,” tulisnya.
Pemkot dan Pemprov diharapkan membantu masyarakat semaksimal mungkin.ย
Meski pihak Pemkot Pekanbaru, Pemprov Riau, hingga Kepolisian (Brimob) serta TNI telah turun tangan membantu warga terdampak, respons netizen menunjukkan bahwa masyarakat sudah jenuh dengan permasalahan banjir yang terus berulang tanpa solusi jangka panjang.
Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau seakan tak bisa lepas dari langganan banjir. Sungai Siak yang membelah kota ini sering meluap saat curah hujan tinggi, namun sistem drainase yang buruk dan tata kelola kota yang amburadul membuat situasi semakin parah.
Muslim Siregar, warga Rumbai yang rumahnya ikut terendam banjir, mengungkapkan kekecewaannya.
“Kami sudah capek. Ini tiap tahun terjadi, tapi solusinya nggak ada. Cuma datang kasih bantuan terus hilang. Kami mau kejelasan, bagaimana pemerintah mau menyelesaikan ini?” ujarnya dengan nada kecewa.
Hj. Rina Marlina, seorang pedagang di Jalan Yos Sudarso, juga mengeluhkan dampak banjir terhadap mata pencahariannya.
“Warung saya tutup karena air masuk. Barang-barang basah semua. Siapa yang mau tanggung? Pemerintah harus serius!” katanya kesal.
Harapan Masyarakat kepada Agung Nugroho dan Gubernur Baru
Di tengah situasi ini, masyarakat Pekanbaru berharap kepada kepemimpinan baru di tingkat kota dan provinsi. Pasangan Wali Kota Agung Nugroho serta Gubernur Abdul Wachid dan SF Haryanto, yang baru seminggu menjabat, diharapkan bisa menunjukkan kepedulian lebih terhadap permasalahan banjir yang terus melanda ibu kota Riau ini.
Menurut Andi Permana, salah satu warga di Pekanbaru, kepemimpinan baru harus membawa perubahan nyata.
“Kami ingin melihat aksi nyata dari Agung Nugroho dan Abdul Wachid. Ini momentum bagi mereka untuk membuktikan bahwa kepemimpinan mereka bisa menyelesaikan masalah yang sudah bertahun-tahun mengganggu warga Pekanbaru. Jangan hanya seremoni serah terima jabatan, tapi langsung turun tangan,” tegasnya.
Harapan serupa juga datang dari Diana Sari, seorang mahasiswa yang tinggal di daerah Panam.
“Kami ingin pemimpin baru ini benar-benar mendengar suara rakyat. Pekanbaru itu kota besar, tapi kenapa banjir masih jadi masalah klasik? Ini saatnya mereka membuktikan janji kampanye,” ujarnya.
Sementara itu, Tokoh masyarakat H. Zulkarnain menilai bahwa penanganan banjir di Pekanbaru membutuhkan strategi jangka panjang, bukan hanya solusi tambal sulam.
“Pemkot dan Pemprov harus duduk bersama merumuskan solusi komprehensif. Harus ada normalisasi drainase, pengelolaan DAS yang lebih baik, dan kebijakan tata ruang yang berpihak pada mitigasi banjir, bukan sekadar pembangunan masif yang mengorbankan resapan air,” ujarnya.
Warga berharap agar kepemimpinan baru di Riau ini mampu membawa perubahan nyata. Jika tidak, kritik dan kekecewaan publik dipastikan akan semakin membesar.