Komunitas Bagong Mogok di Riau Siap Jalankan Misi Sosial

Pekanbaru- Tokoh Pemuda Riau, Dodi Sugiarto, mengaku begitu terharu dengan Filisopi Komunitas Sosial Bagong Mogok pasca menghadiri acara Pelantikan dan Pengukuhan Bagong Mogok Koordinator Daerah (Korda) Kabupaten Bandung, yang digelar pada 26–27 Juli 2025 kemarin di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Di momen itu, Dodi dan rekannya resmi bergabung menjadi bagian dari keluarga besar Bagong Mogok.

Acara tersebut turut dihadiri Bupati Kabupaten Bandung, DR H. M. Dadang Supriatna, S.Ip., M.Si., yang juga menjabat sebagai Dewan Pengawas Bagong Mogok Korda Bandung dan Founder atau Penggagas Komunitas Bagong Mogok, Brigjen Pol Asep Guntur Rahayu, S.IK, S.Psi, MH yang bertugas selaku salah seorang Direktur di KPK.

Saat mengikuti kegiatan itu, Dodi melihat langsung berbagai program dan aksi nyata yang dilakukan komunitas ini untuk masyarakat. Ia meyakini visi dan semangat perjuangan Komunitas Sosial Bagong Mogok sungguh ‘membumi’.

“Apa yang sudah dilakukan Komunitas Bagong Mogok menyentuh, membumi dan inspiratif. Gerakan tulus dan berdampak. Karena itu, kita siap menularkan dan menerapkan ini di Riau. Tak hanya berbicara, tapi juga bertindak membantu sesama. Belum pernah ada saya ikuti Komunitas dengan filosofis yang sangat menyentuh hati nurani seperti ini,” tegasnya, Senin, 28 Juli 2025.

Dijelaskan, Komunitas Bagong Mogok yang digagas oleh Asep ini, hadir sebagai gerakan sosial yang berkomitmen membantu dan memberdayakan masyarakat yang membutuhkan.

Semangat komunitas ini terangkum dalam mottonya yang khas, “Satekah Polah Ngabela nu Susah”, yang berarti ‘Sekuat Tenaga Membela yang Susah’.

Dari iven di Bandung ini, Dodi mendapatkan secara gamblang arti filosofi simbol “Bagong” (babi hutan, red) yang digunakan oleh komunitas.

Menurutnya, meski sering dipandang negatif, namun hewan ini tetap memiliki peran penting dalam ekosistem. Analogi ini ditarik ke dunia manusia.

“Sehina-hinanya kelakuan hewan ‘Bagong’ masih bisa bermanfaat. Sama dengan manusia, seburuk apapun masa lalunya, tetap harus diupayakan agar berguna bagi sesama,” ujar Dodi, menirukan ucapan Brigjen Pol Asep saat acara di Kabupaten Bandung.

Para anggota Bagong Mogok, kata Dodi, tahu dan meyakini, tidak semua pengurus kehidupannya baik-baik saja dari berbagai hal. Tapi, dalam keadaan seperti itu saja, tetap berbuat baik.

“Sebuah momen haru menyaksikan ketika anggota Komunitas Bagong Mogok tidak peduli dengan keadaan diri sendiri, namun terus berbuat baik membantu orang susah. Itu yang saya lihat. Melatih sisi kemanusiaan,” papar Dodi.

Dalam pemahaman mendasar yang dipaparkan, lanjut Dodi, filosopi ‘Bagong’ dapat diilustrasikan seekor babi yang terluka oleh pemburu dan posisinya terpojok. Tidak ada lagi tempat maupun bantuan bagi Babi itu untuk meloloskan diri selain dengan cara bertempur sekuat tenaga hingga titik darah penghabisan. Dan, bagi pemburu yang ahli, situasi bagong dalam keadaan mogok, lebih berbahaya daripada menghadapi macan.

“Saat ini banyak saudara kita yang sangat kekurangan tidak punya pekerjaan, tidak punya lahan tidak punya rumah. Bahkan, untuk sekadar makan pun susah. Untuk itu lah, dipinjam semangat ‘Bagong Mogok’, yang akan sekuat tenaga membantu mereka yang kesusahan dan terpojok hidup. Kita akan terapkan semangat dan aksi nyata itu di Riau,” tutup Dodi.

Ditempat yang sama, Founder Komunitas Sosial Bagong Mogok, Asep Guntur Rahayu, turut menitipkan harapan agar komunitas ini terus tumbuh kuat di Bumi Lancang Kuning.

“Saya titip agar Bagong Mogok bisa dibesarkan di Riau. Semoga terus menebar manfaat, menyuarakan kepedulian, dan menghadirkan aksi nyata untuk rakyat yang membutuhkan,” pesan Brigjen Pol Asep kepada Dodi dan rekan-rekan. (*)