MERANTI β Dugaan penyimpangan anggaran di Sekretariat DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti kini mendapat perhatian serius dari elemen masyarakat sipil. Organisasi masyarakat SATU GARIS (Suara Aspirasi Terdepan Untuk Gerakan Reformasi integritas dan Supremasi Hukum) secara tegas mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan untuk segera memeriksa Sekretaris DPRD Meranti, Kardafi, terkait dugaan korupsi dan mark-up anggaran yang nilainya mencapai miliaran rupiah dalam tahun anggaran 2023. (24/07)
Sekretaris Jenderal SATU GARIS, Afrizal, menyebut pihaknya telah mengkaji sejumlah data anggaran resmi yang diakses publik dan menemukan indikasi kuat terjadinya pemborosan dan penggelembungan anggaran dalam banyak pos belanja. Salah satunya adalah belanja honor tenaga honorer yang sangat mencurigakan baik dari sisi jumlah orang maupun nilai anggaran.
Pada program Penyediaan Jasa Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah, Setwan DPRD Meranti tercatat menganggarkan:
Belanja Jasa Tenaga Administrasi senilai Rp830.000.000 yang mencakup:
252 orang/bulan: Rp504.000.000
36 orang/bulan: Rp54.000.000
132 orang/bulan: Rp132.000.000
60 orang/bulan: Rp120.000.000
8 orang/bulan: Rp20.000.000
Belanja Jasa Tenaga Operator Komputer sebesar Rp674.000.000:
216 orang/bulan: Rp432.000.000
36 orang/bulan: Rp54.000.000
72 orang/bulan: Rp72.000.000
24 orang/bulan: Rp36.000.000
20 orang/bulan: Rp40.000.000
Belanja Jasa Tenaga Pelayanan Umum: Rp392.000.000
Belanja Jasa Tenaga Kebersihan: Rp232.000.000
Belanja Jasa Tenaga Keamanan: Rp245.000.000, termasuk kegiatan pengamanan dan honor lalu lintas
Jika dijumlahkan, total belanja untuk tenaga honorer mencapai lebih dari Rp2,3 miliar dengan jumlah orang yang dipertanyakan validitasnya. βAngka ini sangat tidak rasional. Apakah benar ribuan tenaga itu benar-benar bekerja? Atau hanya angka di atas kertas?β ujar Afrizal.
Selain tenaga kerja, pengadaan barang juga menjadi sorotan tajam. Belanja mebel dan perabot kantor dicatatkan sebagai berikut:
Pengadaan meja kerja DPRD (30 unit): Rp468.000.000
Meja kerja pimpinan (6 unit): Rp146.298.000
Kursi kerja DPRD (36 unit): Rp468.000.000
Total: Rp1.082.298.000
βMeja dan kursi dengan harga setinggi itu jelas tidak wajar. Bahkan harga kursi lebih mahal daripada motor,β kata Afrizal menambahkan.
Tak kalah janggal adalah pengadaan barang lainnya seperti:
Alat tulis kantor: Rp818.980.000
Kertas dan cover: Rp168.784.000
Bahan cetak: Rp272.200.000
Perabot kantor: Rp223.577.000
Sewa alat bantu: Rp188.200.000
Pakaian sipil resmi 30 stel: Rp105.000.000 (setara Rp3,5 juta per stel)
Sementara itu, anggaran langganan media dan komunikasi juga fantastis:
Langganan surat kabar/majalah: Rp398.860.000
Tagihan listrik: Rp273.959.400
Internet dan TV berlangganan: Rp107.700.000
Dalam program Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan, ditemukan alokasi jumbo:
Belanja kursus/pelatihan: Rp900.000.000
Sewa tenda dan sound system: Rp750.600.000
Belanja alat tulis dan bahan cetak: Rp599.580.300
Namun yang paling disorot adalah belanja penyerapan aspirasi masyarakat, yang totalnya mencapai Rp8.962.617.000, terdiri dari:
Pelaksanaan reses: Rp8.012.787.000
Kunjungan kerja dalam daerah: Rp949.830.000
Afrizal menyebut jumlah itu sangat tidak sebanding dengan hasil yang dirasakan masyarakat. βRakyat Meranti tidak pernah tahu apa hasil dari reses itu. Siapa yang ditemui, apa yang diserap, tidak ada transparansi. Kami menduga kuat, ini hanya cara sistematis untuk menguras uang daerah,β ujarnya.
SATU GARIS meminta agar KPK dan Kejaksaan segera membentuk tim investigasi dan melakukan audit forensik terhadap seluruh kegiatan Setwan DPRD Meranti. Afrizal menegaskan bahwa pihaknya siap mengawal kasus ini hingga ke proses hukum, dan akan turun ke jalan jika tidak ada tindakan tegas dari aparat penegak hukum.
βKami tidak main-main. Jika ini dibiarkan, maka praktik korupsi akan terus merajalela, dan Meranti akan tetap jadi kabupaten tertinggal karena uangnya habis untuk bancakan elite,β tegas Afrizal.
Hingga berita ini dirilis, Sekwan DPRD Meranti Kardafi belum memberikan klarifikasi atas desakan tersebut. Namun tekanan dari masyarakat sipil dan aktivis antikorupsi dipastikan akan terus bergulir, seiring dengan terbukanya data-data anggaran yang dinilai janggal dan patut diselidiki.
Eksplorasi konten lain dari ππππ π-π©π¨π¬π
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.