x

Dugaan Penganiayaan Sadis oleh Oknum TNI di Pekanbaru, Warga Tewas dan Keluarga Menuntut Keadilan

waktu baca 4 menit
Minggu, 24 Agu 2025 00:31 63 Editor

Pekanbaru – Kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan oknum TNI dari satuan BAIS kembali mengguncang publik. Seorang warga berinisial GS meregang nyawa setelah mengalami luka berat akibat perlakuan sadis yang diterimanya, sementara rekannya SP alias AT selamat meski dalam kondisi luka serius. Peristiwa ini terjadi di Jalan Kuantan Raya, tepat di depan SDN 132 RT 01, sebelum pertengahan Agustus 2025. (23/08)

Berdasarkan keterangan warga, insiden bermula ketika kedua korban mengambil sepuluh buah sukun di pinggir jalan. Pohon sukun tersebut diketahui tumbuh liar di sekitar lokasi dan tidak memiliki pemilik yang jelas. Seharusnya, buah yang diambil tidak menimbulkan kerugian bagi siapa pun. Namun, dari persoalan sepele itu, nyawa salah satu warga justru melayang.

GS bersama AT kemudian didatangi seorang pria yang disebut-sebut sebagai oknum TNI berpangkat Letnan Satu Marinir berinisial ML, yang diketahui bertugas di BAIS. Tanpa banyak bicara, pria tersebut diduga langsung menganiaya keduanya dengan menggunakan senjata api genggam dan cangkul kecil. AT dalam keterangannya menyebut, dirinya bersama GS dipukul berkali-kali hingga tubuh mereka penuh luka dan saat kejadian penganiayaan disaksikan oleh beberapa orang salah satunya oknum babinsa sekip sertu EK

“Kami dipukuli terus dengan pistol, lalu juga dipukul dengan cangkul kecil,” ujar AT dengan suara lemah.

Seorang saksi mata menuturkan, ia melihat para korban dalam kondisi bersimbah darah keluar dari sebuah rumah di lokasi kejadian. Tak lama kemudian, petugas dari Polsek 50 tiba dan membawa kedua korban ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Karena kondisi GS semakin kritis, polisi segera melarikannya bersama AT ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapat perawatan intensif.

Seorang sumber internal menyebutkan peristiwa itu terjadi pada Jumat. Setelah beberapa jam menjalani perawatan di RS Bhayangkara, kedua korban justru dibawa kembali ke Polsek 50 dan diamankan di sana hingga keesokan harinya, Sabtu 16 Agustus 2025 sekitar pukul 12 siang.

Mereka kemudian dipulangkan ke rumah masing-masing. Kondisi GS saat itu sudah memburuk. Hingga akhirnya pada Jumat, 22 Agustus 2025, GS kembali dibawa ke Rumah Sakit Umum karena kondisinya kian kritis. Nyawanya tidak tertolong, dan ia dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu, 23 Agustus 2025.

Dari sebuah video yang beredar di masyarakat, GS sempat menyebut bahwa dirinya memiliki hubungan keluarga dengan TNI. Pernyataan ini dibenarkan oleh AT. Namun ironisnya, setelah pengakuan tersebut, pelaku justru diduga semakin beringas. Ia kembali memukuli korban dengan cangkul sambil berteriak keras, “Saya tidak takut!” Akibat penganiayaan brutal itu, tubuh GS mengalami luka robek di tangan, kepala, serta bagian tubuh lainnya. Luka-luka parah itulah yang akhirnya merenggut nyawanya.

Keluarga korban kini angkat bicara. Mereka merasa tidak hanya kehilangan anggota keluarga, tetapi juga menanggung luka batin mendalam akibat dugaan kekerasan yang dilakukan aparat negara.

“Kami meminta Panglima TNI mengusut tuntas kasus ini. Pelaku harus dihukum setimpal dengan perbuatannya. Jangan sampai ada lagi warga yang menjadi korban seperti ini,” tegas Slamet salah satu kerabat GS.

Penasihat hukum keluarga korban, Ahmad Zahri T, SH, memastikan pihaknya telah menempuh jalur hukum.

“Kami sudah melaporkan kasus ini ke POMAL melalui Pasilitpam Kapten Zuandi. Kami berharap laporan ini ditindaklanjuti dengan serius dan transparan,” ujarnya.

Peristiwa ini menimbulkan gelombang keprihatinan dan kemarahan di masyarakat Pekanbaru. Banyak pihak menilai tindakan oknum tersebut bukan hanya melampaui batas, tetapi juga mencoreng nama baik institusi TNI yang selama ini dipercaya sebagai pelindung rakyat.

Lebih menyedihkan lagi, kasus ini bermula dari persoalan kecil: buah sukun liar yang seharusnya tidak merugikan siapa pun. Tokoh masyarakat menilai kasus ini harus diusut secara terang benderang.

“Ini bukan sekadar kasus kriminal biasa, tapi soal moralitas aparat negara. Bila benar dilakukan oknum, harus ada pertanggungjawaban di depan hukum,” ujar seorang warga setempat.

Hingga kini, pihak TNI maupun kepolisian belum memberikan pernyataan resmi terkait peristiwa tersebut. Namun masyarakat terus mendesak agar institusi terkait bersikap terbuka dan memberikan keadilan bagi keluarga korban.

Kasus dugaan penganiayaan sadis ini diharapkan menjadi perhatian serius Panglima TNI, agar tidak ada lagi peristiwa serupa yang merenggut nyawa warga sipil.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA
    x
    x