Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita Viral

Jejak Peradaban Minangkabau: Dari Puncak Marapi hingga Kerajaan Besar Nusantara

2302
×

Jejak Peradaban Minangkabau: Dari Puncak Marapi hingga Kerajaan Besar Nusantara

Sebarkan artikel ini

Mataxpost | Jakarta – Pepatah Minangkabau berkata, β€œDimano titiak palito dibaliak telong batali, darimano asa niniak moyang kito dari puncak Gunung Marapi, [Bundo Kanduang.]” juga ungkapan yang masih tersebut dalam kehidupan masyarakat Minangkabau ” Semenjak Gunuang Marapi sagadang talua Itiak” Ungkapan ini bukan sekadar hiasan kata, tetapi menyimpan ingatan kolektif yang telah berakar ribuan tahun, jauh sebelum lahirnya banyak kerajaan di Nusantara. (10/08)

Mengir di Nagari Maek berusia 2000- 4000 tahun

Penelitian arkeologi membuktikan bahwa kawasan Minangkabau telah dihuni manusia sejak lebih dari 10.000 tahun lalu. Di Tanjung Pati, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan artefak batu dari akhir Paleolitikum hingga awal Mesolitikum. Di Gua Harimau di pesisir selatan Sumatera, kerangka manusia purba berusia 3.000–4.000 tahun menjadi saksi kesinambungan hidup masyarakat dari masa berburu hingga mengenal bercocok tanam. Situs Ngalau Kapalo Lakuak, yang dihiasi dengan motif geometris (tumpal, belah ketupat, panah, antropomorfis). Goresan ini menunjukkan adanya peradaban prasejarah di dalam goa, yang mungkin lebih tua dibanding era megalitik .

MataXpost.com
Example 300x600
Tiada Kebenaran Yang Mendua

Nagari Maek di Lima Puluh Kota, yang dijuluki Negeri Seribu Menhir, memperlihatkan peradaban megalitik yang berkembang antara 2.000 hingga 6000 SM. Batu-batu tegak yang tersisa bukan hanya penanda leluhur, tetapi juga lambang struktur sosial yang mapan ribuan tahun sebelum munculnya kerajaan-kerajaan awal di Sumatera.

Sejak masa prasejarah, gelombang penduduk Minangkabau telah menyebar hingga pesisir timur Sumatera, wilayah yang kini dikenal sebagai Riau daratan. Pada awalnya, kawasan itu jarang berpenduduk tetap dan lebih berperan sebagai jalur perdagangan sungai. Hubungan ini kelak membentuk struktur sosial awal di wilayah tersebut, yang pada abad ke-7 melahirkan salah satu situs terbesar di Riau: Candi Muara Takus.

Candi Muara Takus di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau.

Candi Muara Takus di XIII Koto Kampar adalah kompleks percandian Buddha yang dibangun antara abad ke-7 hingga ke-12 Masehi pada masa pengaruh Sriwijaya. Bangunannya yang terbuat dari batu bata merah dan batu pasir terdiri dari Candi Tua, Candi Mahligai, Candi Bungsu, dan Candi Palangka. Usianya sekitar 1.300 tahun, jauh lebih muda dibandingkan situs-situs Minangkabau prasejarah seperti Maek atau Tanjung Pati.

 

Ini menunjukkan bahwa peradaban Minangkabau telah mapan ribuan tahun sebelum berdirinya Candi Muara Takus. Peradapan Minangkabau juga lebih tua dari Candi Borobudur (Jawa Tengah), yang dibangun pada masa Dinasti Syailendra, umumnya diberi penanggalan sekitar abad ke-8–9 Masehi (sekitar tahun 750–825 M).

Candi Borobudur

Gelombang budaya dan masyarakat Minangkabau yang lebih awal inilah yang turut memberi pengaruh pada pembentukan masyarakat di pesisir timur Sumatera. Kajian DNA purba dan teori migrasi Austronesia bahkan menunjukkan bahwa gelombang awal penghuni Sumatera Barat menyebar ke Semenanjung Malaya, Kalimantan, Riau-Lingga, hingga melahirkan kelompok yang kini dikenal sebagai Melayu.

 

Kerajaan Pagaruyung di Tanah Datar, berdiri sekitar 1347 M dengan raja pertama Adityawarman, menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan Minangkabau. Dari rahim Pagaruyung lahir berbagai kerajaan besar di rantau, seperti Kerajaan Pekantua Kampar, Kerajaan Gunung Sahilan, Kerajaan Inderapura, Kesultanan Siak Sri Indrapura, Kesultanan Lingga, dan sejumlah pusat kekuasaan di Selat Malaka, yang semuanya membawa jejak budaya Minang.

 

Pulau Penyengat di Kepulauan Riau kemudian menjadi pusat budaya Melayu dan melahirkan tokoh besar seperti Raja Ali Haji, penulis Gurindam Dua Belas yang memperkuat bahasa Melayu standarβ€”bahasa yang akarnya juga bertaut dengan ranah Minang.

 

Dari menhir kuno di Maek, gua purba di pesisir selatan, hingga istana megah di Siak dan Lingga, semua adalah bagian dari satu kisah panjang yang menghubungkan prasejarah, kerajaan, hingga identitas bangsa. Memahami sejarah Melayu tanpa menyentuh akar Minangkabau ibarat membaca buku tanpa halaman pertamanya. Pesisir Sumatera, Kepulauan Riau, hingga Semenanjung Malaya tetap terikat pada satu akar yang tumbuh dari kaki Gunung Marapi ribuan tahun silam.

 

Sejarah ini hanyalah satu bab dari perjalanan panjang yang masih menyimpan banyak rahasia. Masih ada jejak-jejak peradaban lain yang menunggu untuk diungkap, dari batu bersurat yang terlupakan hingga kisah raja-raja yang tak tercatat di buku pelajaran. Mari kita terus menelusuri benang sejarah ini bersama, agar warisan leluhur tetap hidup dan menjadi cahaya bagi generasi mendatang.

Example 250x250
Share content
Example 120x600
banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 468x60
βž• Ikuti Mataxpost di Google News