Kuantan Singingi – Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Kuantan Singingi kian tak terkendali. Aktivitas ilegal ini bukan lagi sekadar tradisional dengan cangkul atau linggis, tetapi sudah menggunakan alat berat modern. Mesin dompeng berbahan bakar solar hingga excavator lengkap dengan box penyaring emas kini menjadi senjata utama para pelaku demi meraup keuntungan besar.(19/08)
Ironisnya, meski aktivitas ini jelas melanggar hukum, aparat seolah menutup mata terhadap PETI skala besar. Warga Desa Sitorajo, Jr, mengungkapkan rasa frustrasinya.
“Kalau masyarakat biasa, sedot robin saja sudah ditangkap. Ini yang besar aman-aman saja,” katanya dengan nada geram. Ia menambahkan bahwa aparat cenderung pilih kasih, hanya menindak warga kecil yang tidak punya pengaruh ekonomi.
Lebih mengejutkan, warga menuding adanya keterlibatan oknum aparat di balik PETI raksasa ini. Dugaan ini muncul karena hingga kini, pelaku besar tidak pernah tersentuh hukum, sementara warga biasa kerap menjadi korban penindakan.
“Kami minta aparat bertindak tegas. Jangan hanya menindak rakyat kecil. Sudah lama begini, tapi tetap diam,” tambah Jr.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran serius, bukan hanya soal hukum, tapi juga lingkungan. Aktivitas PETI modern dengan alat berat merusak sungai, lahan pertanian, dan ekosistem setempat. Endapan emas yang disedot oleh mesin dompeng dan excavator membuat aliran sungai keruh dan tanah longsor lebih mudah terjadi.
Ekonomi lokal pun terdampak. Meskipun PETI disebut sebagai “sumber penghidupan” bagi sebagian warga, kerusakan lingkungan akibat tambang ilegal justru mengancam mata pencaharian jangka panjang. Tanah dan sungai yang rusak membuat pertanian dan perikanan setempat sulit bertahan.
Warga berharap pemerintah daerah dan aparat penegak hukum segera turun tangan menertibkan PETI. “Kalau terus dibiarkan, bukan cuma kerusakan lingkungan yang terjadi, tapi kepercayaan rakyat terhadap hukum juga hancur,” ujar seorang tokoh masyarakat.
Kasus PETI Kuansing menegaskan satu hal: ketika penegakan hukum tidak konsisten, masyarakat kecil yang menanggung akibatnya, sementara pihak kuat dan oknum yang berpengaruh tetap bebas.
Tidak ada komentar