Jakarta, 27 September 2025 – Muktamar ke-10 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang digelar di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, berubah ricuh sesaat setelah pidato pembukaan Plt Ketua Umum Muhammad Mardiono. Awalnya forum berjalan normal, namun teriakan “lanjutkan” dan “perubahan” dari peserta yang berbeda kubu memicu ketegangan hingga pecah menjadi bentrokan fisik. Dorong-mendorong, lempar kursi, bahkan baku hantam tak terhindarkan di dalam ruang utama.
Sejumlah kader dilaporkan mengalami luka di bagian kepala dan bibir, sebagian lainnya harus dilarikan ke rumah sakit. Upaya pengamanan internal untuk menenangkan massa tidak berhasil sehingga pimpinan forum mengambil keputusan mengejutkan: pemilihan ketua umum digelar secara aklamasi untuk menyelamatkan jalannya muktamar yang dinilai sudah dalam situasi darurat. Keputusan itu kemudian mengantarkan Muhammad Mardiono kembali terpilih sebagai ketua umum.
Mardiono menuding kericuhan sebagai upaya pengambilalihan secara ilegal terhadap kepemimpinan PPP. Ia menegaskan partai ini adalah partai kader yang tidak boleh diintervensi pihak manapun. “Semuanya terekam CCTV, nanti polisi akan menyelidiki,” ujarnya kepada wartawan sembari menyatakan akan melaporkan peristiwa tersebut secara resmi.
Meski aklamasi dianggap solusi cepat, langkah itu diprediksi menimbulkan perdebatan soal legitimasi hasil muktamar. Apalagi, tudingan pengambilalihan ilegal masih berupa klaim politis yang membutuhkan bukti konkret.
Kini publik menunggu langkah aparat penegak hukum untuk menindaklanjuti rekaman dan kesaksian peserta, demi menjaga kredibilitas proses politik internal PPP yang sempat ternoda oleh kekerasan terbuka di arena muktamar.
Tidak ada komentar