x
.

Ade Monchai Sentil Bupati Siak: โ€œJangan Ulangi Kesalahan Gaya Pemimpin Pencitraan!

waktu baca 3 menit
Rabu, 29 Okt 2025 12:52

Mataxpost | SIAK – Ketua Umum SATU GARIS, Ade Monchai, kembali mengeluarkan peringatan keras kepada jajaran kepala daerah di Riau, khususnya Bupati Siak, Afni Zulkifli. (29/10)

Menurutnya, Afni harus segera meninggalkan gaya kepemimpinan ala aktivis dan berhenti mengejar popularitas di depan kamera.

โ€œJangan tiru gaya Abdul Wahid ketika memimpin Riau. Lebih condong ke pencitraan, tapi hasilnya? Sekarang Riau kacau balau. Mahasiswa pun sudah berani melempar makian berkata “anj**g”ย  untuk Gubernur dan wakil nya di depan umum itu sinyal kepercayaan publik runtuh,โ€ ujar Ade Monchai tegas, Rabu (29/10/2025).

Ade menilai, fenomena pemimpin daerah yang lebih sibuk tampil peduli di media sosial daripada menyelesaikan persoalan di lapangan kini makin marak di Riau.

Ia menegaskan, masyarakat sudah cerdas dan tidak bisa lagi dibodohi dengan pencitraan semu.

โ€œMasyarakat itu butuh hasil nyata, bukan gaya sok ngartis di depan kamera. Kalau kepala daerah hanya pandai tampil manis di media, tapi gagal di lapangan, itu bahaya,โ€ lanjutnya.

Kasus PT SSL Jadi Bukti Awal Blunder, Menurut Ade, kasus kerusuhan di konsesi PT Seraya Sumber Lestari (SSL) di Siak menjadi bukti bahwa kepemimpinan Afni Zulkifli masih belum matang.

Berdasarkan hasil pantauan dan penyelidikan lapangan yang dilakukan SATU GARIS, Ade menyebut aksi massa yang berujung anarkis di PT SSL diduga sudah ditunggangi pihak tertentu.

โ€œKami temukan indikasi massa yang sengaja disiapkan untuk membuat onar. Tapi kami tidak menyebutkan pihak mana yang harus bertanggung jawab biarlah kepolisian yang menyimpulkan. Kami yakin Polda Riau sudah punya data lengkapnya,โ€ ungkapnya.

Namun yang disorot Ade bukan hanya aksi lapangan, melainkan cara Bupati Afni menangani situasi.

Ia menilai Afni terlalu terbawa emosi dan tidak menampilkan komunikasi yang elegan antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan.

โ€œYang diperjuangkan Afni tidak sepenuhnya murni hak masyarakat. Kami melihat ada pihak-pihak yang bermain, ada aroma cukong dan mafia lahan di baliknya. Ini fakta yang tidak bisa dibantah,โ€ ujar Ade.

“Jaga Iklim Investasi, Jangan Intimidasi Dunia Usaha”

Ade Monchai juga mengingatkan agar Pemkab Siak tidak merusak iklim investasi di daerah yang dikenal memiliki puluhan perusahaan swasta besar, mulai dari perkebunan sawit hingga pabrik kertas raksasa.

โ€œSebagai bupati, Afni jangan mengintimidasi perusahaan-perusahaan yang sudah lama berinvestasi di Siak. Yang dibutuhkan sekarang adalah komunikasi yang cerdas, bukan konfrontasi,โ€ ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi keuangan daerah juga seharusnya membuat pemerintah lebih realistis.

Pemerintah pusat saat ini memangkas hampir Rp1 triliun lebih dana transfer ke daerah (TKD) untuk Siak, dan itu berarti Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan sulit meningkat tanpa kolaborasi dengan sektor swasta.

โ€œKalau perusahaan terus ditekan dan ditakuti, bagaimana mereka mau peduli dengan Pemkab Siak? Bagaimana mereka bisa membantu masyarakat sekitar? Padahal dari sektor swasta lah tambahan PAD bisa tumbuh, pemimpin Itu Harus Menyatukan, bukan ikutan menyulut konflikโ€ tegasnya

Ade Monchai menutup pernyataannya dengan pesan keras: kepala daerah di Riau harus belajar dari kesalahan masa lalu.

Gaya populis dan pencitraan tidak akan membawa kesejahteraan bagi rakyat jika tidak disertai kemampuan manajerial dan kebijakan yang berpihak pada semua pihak secara adil.

โ€œPemimpin itu harus bisa menyatukan. Jangan ikut menyulut konflik. Kalau ingin dihormati rakyat, buktikan dengan kerja nyata, bukan hanya tampil di sorotan kamera,โ€ pungkas Ade Monchai.

Pernyataan keras Ade Monchai menjadi sinyal bahwa publik mulai jenuh dengan pola kepemimpinan yang lebih mementingkan pencitraan ketimbang kerja nyata.

Di tengah kondisi ekonomi yang menantang dan pemangkasan anggaran daerah, Siak membutuhkan pemimpin yang mampu merangkul semua pihak, bukan menambah ketegangan.

Afni Zulkifli kini dihadapkan pada ujian besar: mampukah ia membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang matang dan rasional, atau terjebak dalam gaya aktivis yang reaktif dan emosional.

Satu hal pasti masyarakat Siak tidak lagi butuh janji dan drama, mereka menunggu kerja nyata yang bisa dirasakan langsung di lapangan.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA
    x