x
.

Banding Dimenangkan Swandi, SATU GARIS Himbau Pemkab Meranti Akhiri Perseteruan, Rakyat Bukan Musuh

waktu baca 3 menit
Sabtu, 18 Okt 2025 13:09

Pekanbaru – Sengketa lahan antara warga Selatpanjang, Swandi, dengan Pemkab Meranti dan sejumlah pihak yang diduga terlibat dalam praktik mafia tanah kini mencapai babak penting. Pengadilan Tinggi (PT) Pekanbaru melalui putusan nomor 143/PDT/2025/PT PBR tanggal 02 Oktober 2025 memutuskan untuk membatalkan seluruh putusan Pengadilan Negeri (PN) Bengkalis Nomor 11/Pdt.G/2025/PN BLS tertanggal 31 Juli 2025.

Dalam amar putusan banding tersebut, majelis hakim menyatakan gugatan konvensi maupun rekonvensi tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard) dan menghukum pihak pembanding membayar biaya perkara sebesar Rp150.000.

 

Putusan ini dinilai menjadi koreksi penting terhadap kejanggalan hukum di tingkat pertama. Sebelumnya, PN Bengkalis sempat mengabulkan gugatan rekonvensi yang diajukan pihak tergugat berdasarkan perkara lama yang sudah dicabut oleh Swandi pada sidang sebelumnya.

Dalam putusan itu, Swandi bahkan diwajibkan membayar ganti rugi lebih dari Rp12 juta kepada pihak tergugat. Langkah PN Bengkalis tersebut menuai sorotan tajam karena dianggap melanggar asas hukum formil, sebab perkara yang sudah dicabut tidak bisa dijadikan dasar rekonvensi baru.

Sekjend SATU GARIS, Afrizal, A.Md., CPLA, menilai kemenangan Swandi di tingkat banding ini bukan hanya kemenangan hukum, tetapi juga kemenangan moral bagi masyarakat kecil yang berjuang mempertahankan haknya dari praktik yang diduga sarat penyimpangan.

โ€œPutusan ini membuktikan masih ada keadilan bagi rakyat kecil. Majelis hakim banding berani membatalkan putusan yang janggal dan tidak sesuai prinsip hukum,โ€ ujarnya di Pekanbaru, Sabtu (28/10)

Citra satelit BPN lahan hak milik Swandi

Afrizal mengungkapkan, SATU GARIS sejak awal telah mengawasi perkara ini secara diam-diam, tanpa sepengetahuan pihak manapun, baik Swandi maupun Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti.

โ€œKami awasi proses ini dari awal hingga akhir. Kami ingin memastikan bahwa hukum tidak diselewengkan dan rakyat tidak dikorbankan. Tanpa diketahui siapapun, kami kawal hingga ke putusan banding,โ€ ungkapnya.

Ia kemudian menyerukan agar semua pihak menahan diri dan mengakhiri konflik yang tidak produktif.

โ€œKami dari SATU GARIS menghimbau kedua belah pihak baik Swandi maupun Pemkab Meranti agar duduk bersama, lupakan sengketa, dan cari solusi damai. Pemerintah sebaiknya legowo dan menghormati keputusan pengadilan, sementara Swandi juga kami harapkan tidak lagi melanjutkan gugatan baru,โ€ ucap Afrizal.

Afrizal juga menegaskan agar pihak-pihak seperti Liong Tjai, Apeng, dan Bin Kian tidak lagi mencampuri urusan lahan tersebut.

โ€œKami tahu dan memegang dokumen awal lahan itu. Kami tahu sejarahnya. Jadi jangan lagi perpanjang konflik. Selesaikan secara kekeluargaan, agar Meranti ini tenang,โ€ tambahnya.

Afrizal menambahkan bahwa Ketua Umum SATU GARIS, Ade Monchai, menilai pemerintah daerah seharusnya menjadi pelindung, bukan lawan rakyatnya sendiri.

โ€œPemerintah Meranti sebaiknya malu melawan rakyat sendiri. Pemerintah itu seharusnya menyejahterakan, bukan mengintimidasi. Kalau pun ada sengketa, jangan unjuk kekuasaan. Selenggarakan dialog, bukan intimidasi yang menimbulkan perlawanan,โ€ ujarnya.

Ia juga berpesan kepada Bupati dan Wakilย  Bupati Kepulauan Meranti, Asmar dan Muzamil, agar meneladani kepala daerah yang berani berpihak kepada rakyatnya.

โ€œJadilah pemimpin yang diidolakan rakyat, seperti Gubernur Jabar Dedi Mulyadi atau Bupati Siak Afni yang berani melawan perusahaan besar demi membela tanah warganya. Pemimpin sejati itu berdiri di sisi rakyat,โ€ tegasnya.

SATU GARIS berharap Pemkab Meranti mampu menahan ego dan menjadikan kasus ini pelajaran penting.

โ€œPemerintah seharusnya memelihara yang sudah ada, bukan menggugat masyarakat. Kalau sudah sampai sidang seperti ini, seharusnya malu melawan rakyat sendiri,โ€ tutup Afrizal

Kasus ini menjadi pelajaran berharga bahwa kekuasaan tanpa empati hanya melahirkan luka sosial. Putusan banding yang memenangkan Swandi bukan semata kemenangan hukum, tetapi pengingat bahwa rakyat bukan musuh.

SATU GARIS menegaskan akan terus mengawal penyelesaian damai perkara ini hingga tuntas, agar pemerintah dan rakyat kembali berjalan seiring dalam semangat keadilan dan kemanusiaan.

sumber referensi:

Nomor perkara: 11/Pdt.G/2025/PN BLS โ†’ PN Bengkalis

Perkara banding: 143/PDT/2025/PT PBR โ†’ Pengadilan Tinggi Pekanbaru

8 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LUCU
    1 minggu  lalu

    Sepatutnya belajar dlu arti mafia tanah…

    Klo itu tanah pemerintah di jual beli sama swasta secara ilegal itu baru namanya mafia tanah.. tapi pemerintah mendapatkan info bahwa tanah ato aset daerah malah di perjual belikan secara ilegal . Itu baru namanya mafia tanah..

    Sekarang.. cek.. yg selama ini blg tanah miliknya siapa??? Yg pnya SKRG siapa…. Pemerintah hanya mau claim balik.. PAHAM?? GK PAHAM SEKOLAH DLU gtu loh…

    Balas
      Editor
      1 minggu  lalu

      Sekarang ini lahan milik masyarakat,goblok,lu bilang diperjualbelikan kpeda swasta secara ilegal itu baru Mafia tanah, jadi maksud lu jika diperjualbelikan secara (LEGAL) diperbolehkan?
      Faktanya,aset pemkab Bengkalis itu satu hamparan,termasuk rumahnya apeng,bin kian,Liong Tjai,kenpa tidak anda usut dan tindak??? Satu hal lagi agar tidak sia sia Sarjana Hukum kau itu, Sejak Kapan Pemerintah punya tanah!! Pemerintah Indonesia ada sejak tahun 1945,masyarakat sudah duluan mendiami daratan dan Kepulauan Nusantara, jadi Yang punya lahan pertanahan adalah rakyat,swandi punya SKGR dan IMB yang justru diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti sendiri,tanah nya tercatat di BPN, dan kau harus ingat, Kekuasaan
      tertinggi di negara ini adalah rakyat.kau
      cam kan itu.! Jika aku Jaksa, hari ini ku
      tangkap kau..!

      Balas
    LUCU
    1 minggu  lalu

    PRO… Itu Professional.. bukan PRO.( DUKUNGAN )GOBLOK

    Balas
      Editor
      1 minggu  lalu

      Kami terbuka untuk kritik yang membangun, namun kata-kata yang merendahkan tidak membantu siapa pun.Bahkan jadi cermin buat dirinya sendiri, Kami memilih fokus pada kerja dan hasil, bukan pada hinaan. Semoga ke depan kita bisa berdiskusi dengan lebih bijak.

      Balas
    Lucu
    1 minggu  lalu

    Buat berita yg pro sedikit lah… Bukan asal bacotan.. trus giring opini.. klo gk bisa membaca putusan baikknya cari ahli hukum.. biar gk terlihat goblok lah

    https://www.riaukepri.com/2025/10/19/pemkab-meranti-klarifikasi-soal-putusan-banding-penyampaian-pihak-swandi-menyesatkan-publik/

    Balas
      Editor
      1 minggu  lalu

      Kami menghargai setiap kritik, termasuk soal cara kami menyajikan berita. Kami selalu berupaya menyampaikan informasi berdasarkan sumber resmi dan interpretasi yang proporsional.
      Jika ada yang kurang tepat dalam penulisan, kami terbuka untuk koreksi dan masukan dari pihak yang memahami konteks hukum dengan lebih dalam.
      Salam hormat dari kami, tim Mataxpost.

      Balas
      Editor
      1 minggu  lalu

      Bagusnya kita buka ruang diskusi dan debat hukum diruang publik,saya mau tahu sampai mana anda menguasai hukum negara ini.

      Balas
        Editor
        1 minggu  lalu

        Saking pro nya pe. Kab meranti ini, malah hampir semua hamparan lahan tersebut kalian jual kepada para mafia tanah.

        Balas
LAINNYA
x