Mataxpost | Pekanbaru,- Proses revitalisasi Pasar Wisata Pasar Bawah Pekanbaru kini menjadi sorotan tajam publik. Proyek yang semestinya menjadi simbol kebangkitan ekonomi dan ikon pariwisata kota itu justru berujung pada kekecewaan panjang. Harapan agar para pedagang dapat kembali berdagang pada awal 2025 kini sirna, sebab pekerjaan fisik pasar masih jauh dari rampung. (25/10)
Revitalisasi Pasar Bawah dikerjakan oleh PT Ali Akbar Sejahtera (AAS) berdasarkan perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) selama 30 tahun yang ditandatangani dengan Pemerintah Kota Pekanbaru pada 12 April 2023. Melalui kerja sama itu, AAS mendapatkan hak pengelolaan sekaligus tanggung jawab melakukan pembangunan ulang pasar legendaris tersebut.
Proyek dimulai pada akhir tahun 2023, dengan target awal penyelesaian dalam waktu satu tahun atau rampung pada akhir Desember 2024. Para pedagang direlokasi ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) di kawasan eks Pelabuhan Pelindo Pekanbaru sejak Desember 2023 untuk memberi ruang bagi pelaksanaan pekerjaan.
Pada Januari 2024, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pekanbaru, melalui Kepala Dinasnya Zulhelmi Arifin, menegaskan harapan agar awal tahun 2025 pedagang sudah bisa kembali menempati pasar baru. Namun hingga Oktober 2025, progres fisik revitalisasi baru mencapai sekitar 43 persen. Situasi ini menimbulkan keresahan karena pekerjaan dianggap carut-marut dan tidak transparan.
Memasuki tahun 2025, tampuk kepemimpinan Kota Pekanbaru dipegang oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Roni Rahmat. Pemerintah kota, yang seharusnya menindak tegas keterlambatan proyek, justru memberikan kelonggaran waktu tambahan kepada pihak pengelola.
Dengan pertimbangan berbagai kendala teknis di lapangan, Pemkot memperpanjang masa kerja proyek hingga akhir tahun 2025. Artinya, tenggat resmi revitalisasi bergeser dari 31 Desember 2024 menjadi 31 Oktober 2025 sebagai batas waktu penyelesaian, dengan rencana soft opening pada penghujung tahun yang sama.
Keputusan perpanjangan itu menimbulkan reaksi beragam di kalangan masyarakat. Banyak pihak menilai pemerintah terlalu lunak terhadap perusahaan rekanan yang gagal menepati target. Di sisi lain, kondisi di lapangan makin memprihatinkan.
Berdasarkan penelusuran tim Xpost pada 25 Oktober 2025, progres pekerjaan baru mencapai sekitar 60 persen. Sejumlah bagian bangunan masih terbuka, material berserakan, dan aktivitas pekerja terlihat minim.
Sementara itu, Tempat Penampungan Sementara yang sebelumnya disiapkan kini tidak lagi berfungsi optimal. Banyak pedagang memilih meninggalkan lokasi dan mencari tempat berjualan lain karena sepinya pembeli. Mereka mengaku sudah lelah menunggu janji penyelesaian yang tak kunjung pasti. Pendapatan menurun drastis, sementara biaya hidup terus berjalan.
Kondisi ini memunculkan gelombang kekecewaan di tengah masyarakat Pekanbaru. Rasa marah, kecewa, dan jengkel bercampur menjadi satu, karena proyek yang dijanjikan menjadi wajah baru perdagangan rakyat justru terhenti di tengah jalan.
Revitalisasi Pasar Bawah kini bukan hanya persoalan infrastruktur, tetapi juga cermin lemahnya komitmen dan pengawasan pemerintah terhadap proyek publik yang menyangkut hajat hidup banyak orang.
Pemerintah Kota Pekanbaru diharapkan bisa tegas terkait revitalisasi pasar bawah. Publik melihat kondisi terkini di lapangan, dan menilai optimisme itu tinggal harapan.
Pasar Bawah yang dulu menjadi pusat ekonomi dan simbol budaya Melayu kini masih terjebak dalam proses panjang yang belum juga menemukan ujungnya.
Tidak ada komentar