Scroll untuk baca artikel
Example 468x60
Example 600x338
Opini Publik

Sindiran Buat Ustad Abdul Somad “Tim Sukses Biasanya Halalkan Segala Cara”

413
×

Sindiran Buat Ustad Abdul Somad “Tim Sukses Biasanya Halalkan Segala Cara”

Sebarkan artikel ini

Opini

Example 350x60
MataXpost| PAGI ini, seorang teman mengirim gambar lewat pesan singkat ke WhatsApp saya. Begitu saya buka pesan itu, saya melihat Abdul Somad memakai baju kaos dengan bagian depannya betuliskan “Riau Rumah Semua Suku.” Di bawah foto Abdul Somad itu ada tulisan diraster warna putih: sedih membaca baju uas ini, riau rumah semua suku, adakah suku yg terganggu diriau.”(30/09/2024)
Hati yang mengirim foto tersebut, saya rasa sama dengan hati saya. Terkejut, dan berkecambut: ada rasa sedih, kecewa, geram, ada juga terselit amuk, dan semacam tak percaya.
Sebab, bagi saya Abdul Somad adalah seorang ulama besar yang mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, khususnya di Riau dia mendapat gelar adat masyarakat Riau dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau sebagai Datuk Seri Ulama Setia Negara.
Apa ini kurang bagi Abdul Somad yang semua tahu bahwa dia adalah perantau di tanah Melayu Riau ini? Kenapa Abdul Somad telajak, melukai hati masyarakat Melayu Riau?
Kalau sudah tersalah jalan, maka kembalilah ke pangkal langkah. Tunjuk ajar Melayu inilah sedikit membuat hati ini merasa lega, karena saya menilai bahwa Abdul Somad memakai baju kaos bertuliskan “Riau Rumah Semua Suku” posisinya sebagai tim sukses Wahid-Sf Hariyanto.
Makanya dalam surat terbuka ini saya tidak menulis gelar pengakuan (ustadz ataupun ulama) diawal nama Abdul Somad. Sebab, seorang tim sukses selalu “menghalalkan” segala cara untuk memenangkan calonnya, bahkan seorang tim sukses pun terkadang harus menjadi bodoh lantaran tetap membenarkan apa yang dikatakan calonnya meskipun ucapan sang calon tak masuk akal.
Kembali lagi ke baju kaos yang dipakaikan Abdul Somad. Pertanyaan saya sama dengan tulisan diraster tersebut: “…adakah suku yg terganggu diriau.” Pertanyaan ini karena baju yang dikenakan Abdul Somad seolah-olah suku perantau di Riau ini tidak mendapat tempat di tanah Lancang Kuning ini, seolah-olah terintimidasi.
Sebuah kampanye yang menurut saya, Abdul Somad seperti “menabur kebencian” yang pada akhirnya kita semua harus waspada akan terjadinya inteloran. Atau, apakah Abdul Somad merasa perantau dengan suku batubara-nya dikucilkan di tanah Melayu Lancang Kuning ini? Padahal sejak zaman Kerajaan Siak lagi orang Melayu cukup terbuka kepada perantau, bahkan meskipun Kerajaan Siak adalah kerajaan Islam namun dibolehkan gereja berdiri di sana.
Rasa teloransi di Riau ini terus dipupuk pemimpin Riau, sehingga kita semua hampir tak mendengar adanya perang suku di Riau ini. Bahkan, diakhir masa jabatannya, tahun 2023 lalu, Gubernur Riau Drs. H. Syamsuar M.Si, menerima penghargaan
Tokoh Kerukunan Nasional yang Inovatif dan Kreatif dalam Merawat Kerukunan Umat Beragama yang diserahkan oleh Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Riau, Abd. Qoharuddin. Efek dari ini, investasi di Riau terbesar di Pulau Sumatera, dan perantau semua suku mendapat perkerjaan di tanah tetesan Melaka ini.
Bagi orang Melayu Riau, sifatnya yang terbuka bagi siapa saja juga dituangkan dalam Tunjuk Ajar Melayu (TAM): Di mana bumi di pijak, di situ langit dijunjung. Hal ini semakin diperkuat: Kemana membawa diri, di situ mengenal diri, ke kandang kambing kita mengembek, ke kandang harimau kita mengaung. (TransRiau)

About The Author

Example 468x60 Example 468x60
Example 120x600
banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights